Kita semua tahu bahwa peternakan sapi di Indonesia banyak yang skala kecil. Dimana peternak kita rata-rata memiliki 1-2 ekor sapi betina produktif. Kesuburan dan kesehatan ternak betina produktif adalah hal mutlak untuk mendapatkan profit dari peternakan sapi ini. Hal ini bisa terganggu dengan adanya sapi yang mengalami kawin berulang. dan rata-rata kawin berulang disebabkan oleh infeksi di saluran reproduksi ternak betina.
Penyebab kawin berulang bisa bermacam-macam. contoh : penanganan post partus atau setelah kelahiran pedet yang kurang benar, inseminator yang kurang aseptis pada saat melakukan Inseminasi Buatan, Tertular dari sapi lain akibat inseminator tidak mengganti plastik sheat (plasti sheat IB adalah sekali pakai), tertular dari pejantan yang sakit dengan cara kawin alami, kelainan genetik seperti adanya gen lethal yang melekat pada sel telur menyebabkan embrio yang terbentuk segera mati, perkawinan se-bapak (in breeding), Pengaruh ketidakseimbangan hormon pada awal kebuntingan (hormon estrogen yang berlebihan kekurangan hormon progesteron) dll. di antara faktor di atas, faktor peradangan uterus adalah sebagai penyebab terbesar kematian embrio dini (Drh. Suhardi, 2012) dan menyebabkan kawin berulang.
Kawin berulang atau repeat breeder yang disebabkan oleh peradangan dan infeksi ringan pada uterus dapat diintervensi dengan cara yang relatif murah dan mudah yaitu dengan Povidone Iodine dengan konsentrasi tertentu. Pemberian povidone iodine ke rahim sapi ini bisa dilakukan setelah kelahiran pedet atau setelah dilakukan inseminasi buatan.
Dikatakan murah dan praktis karena hanya menggunakan bahan yang murah dan mudah di dapat yaitu menggunakan Povidon iodine 1-2 % sebanyak 20-100 ml yang dimasukkan ke dalam uterus (infusi intra uterin) dengan bantuan alat gun IB, plastik sheet IB dan spuit ukuran 20 atau 50 ml. Praktis karena bisa langsung diberikan beberapa saat setelah sapi dikawinkan, tanpa harus menunggu waktu istirahat kelamin yang waktunya kadang tidak pasti. Adapun durasi pemberiannya antara 10 menit - 24 jam setelah perkawinan, hingga infeksi dapat diatasi sebelum pembuahan, yaitu 96 jam setelah inseminasi. Pemilihan saat untuk infusi ini bersifat kritis, karena bila diberikan 48 jam setelah inseminasi, akan terbebaskan prostaglandin, yang dapat mengakibatkan keguguran (Subronto, 2007).
Dengan konsentrasi 1,5 % yang diberikan pada sapi-sapi penderita kawin
berulang sebanyak 20 – 50 ml secara intra uterina. Dalam kurun waktu antara akhir 2008 sampai awal tahun 2011 cara ini diaplikasikan pada salah
satu farm BBPTU sapi perah Baturraden (Farm Limpakuwus) yang diberikan secara selektif untuk sapi-sapi dengan kasus ekstrim. Hasil sementara dari perlakuan tersebut dapat mengatasi kawin berulang sampai 72 %. (Drh. Suhardi, 2012)
Dengan melakukan hal tersebut diatas diharapkan dapat meningkatkan jumlah
kelahiran sapi. Seperti pada catatan kelahiran ternak sapi perah di Farm Limpakuwus Baturraden, target kelahiran dapat terpenuhi. Pada tahun 2010 presentase kelahiran cukup tinggi yaitu 82,92 % (Drh. Suhardi, 2012). Dibandingkan dengan kelahiran ideal berkisar 45% - 65% (Hardjopranjoto,1995).
Oleh karena itu jagalah kesehatan dan kecukupan gizi ternak anda dan jangan pernah ragu untuk mendiskusikan ternak anda yang mengalami kawin berulang dan pengobatannya, kepada dokter hewan atau inseminator langganan anda.
Sumber : Majalah Bibit Volume 6, No. 1 Tahun 2012
Penyebab kawin berulang bisa bermacam-macam. contoh : penanganan post partus atau setelah kelahiran pedet yang kurang benar, inseminator yang kurang aseptis pada saat melakukan Inseminasi Buatan, Tertular dari sapi lain akibat inseminator tidak mengganti plastik sheat (plasti sheat IB adalah sekali pakai), tertular dari pejantan yang sakit dengan cara kawin alami, kelainan genetik seperti adanya gen lethal yang melekat pada sel telur menyebabkan embrio yang terbentuk segera mati, perkawinan se-bapak (in breeding), Pengaruh ketidakseimbangan hormon pada awal kebuntingan (hormon estrogen yang berlebihan kekurangan hormon progesteron) dll. di antara faktor di atas, faktor peradangan uterus adalah sebagai penyebab terbesar kematian embrio dini (Drh. Suhardi, 2012) dan menyebabkan kawin berulang.
Kawin berulang atau repeat breeder yang disebabkan oleh peradangan dan infeksi ringan pada uterus dapat diintervensi dengan cara yang relatif murah dan mudah yaitu dengan Povidone Iodine dengan konsentrasi tertentu. Pemberian povidone iodine ke rahim sapi ini bisa dilakukan setelah kelahiran pedet atau setelah dilakukan inseminasi buatan.
Dikatakan murah dan praktis karena hanya menggunakan bahan yang murah dan mudah di dapat yaitu menggunakan Povidon iodine 1-2 % sebanyak 20-100 ml yang dimasukkan ke dalam uterus (infusi intra uterin) dengan bantuan alat gun IB, plastik sheet IB dan spuit ukuran 20 atau 50 ml. Praktis karena bisa langsung diberikan beberapa saat setelah sapi dikawinkan, tanpa harus menunggu waktu istirahat kelamin yang waktunya kadang tidak pasti. Adapun durasi pemberiannya antara 10 menit - 24 jam setelah perkawinan, hingga infeksi dapat diatasi sebelum pembuahan, yaitu 96 jam setelah inseminasi. Pemilihan saat untuk infusi ini bersifat kritis, karena bila diberikan 48 jam setelah inseminasi, akan terbebaskan prostaglandin, yang dapat mengakibatkan keguguran (Subronto, 2007).
Dengan konsentrasi 1,5 % yang diberikan pada sapi-sapi penderita kawin
berulang sebanyak 20 – 50 ml secara intra uterina. Dalam kurun waktu antara akhir 2008 sampai awal tahun 2011 cara ini diaplikasikan pada salah
satu farm BBPTU sapi perah Baturraden (Farm Limpakuwus) yang diberikan secara selektif untuk sapi-sapi dengan kasus ekstrim. Hasil sementara dari perlakuan tersebut dapat mengatasi kawin berulang sampai 72 %. (Drh. Suhardi, 2012)
Dengan melakukan hal tersebut diatas diharapkan dapat meningkatkan jumlah
kelahiran sapi. Seperti pada catatan kelahiran ternak sapi perah di Farm Limpakuwus Baturraden, target kelahiran dapat terpenuhi. Pada tahun 2010 presentase kelahiran cukup tinggi yaitu 82,92 % (Drh. Suhardi, 2012). Dibandingkan dengan kelahiran ideal berkisar 45% - 65% (Hardjopranjoto,1995).
Oleh karena itu jagalah kesehatan dan kecukupan gizi ternak anda dan jangan pernah ragu untuk mendiskusikan ternak anda yang mengalami kawin berulang dan pengobatannya, kepada dokter hewan atau inseminator langganan anda.
Sumber : Majalah Bibit Volume 6, No. 1 Tahun 2012
Comments
Post a Comment